WELCOME TO BINTARA'S BLOG

Rabu, 23 Oktober 2013

Dokumentasi Kegiatan





Bersahabat
KTP
Kerjasama dengan Polres
Kesepakatan dengan Polres
bersama para tokoh'
Sekretariat





SUSUNAN PENGURUS BINTARA 2013-2018



SRUKTUR ORGANISASI (LSM) LEMBAGA SOSIAL MASYARAKAT
BINTANG NUSANTARA (BINTARA)


Pembina / Penasehat           :   Eko Hariyanto.S.Sos
                                                  H. Ma’arif, SH.M.Hum     
  Nahroni Afandi

                                                                                                                       
·         Ketua  Umum            : R.Moh Ali Sodik, M.PdI
·         Wakil Ketua                : Nuruddin, M.Pd.I
·         Sekretaris Umum      : M. Kholid Thohiri, S.ThI,S.FilI,M.PdI.MA
·         Wakil sekretaris           : Kukuh Trisnafi, S.Pd
·         Bendahara Umum     : Amarudin, M.PdI
·         Wakil Bendahara         : Ulil Abshoor, S.Pd

Ø  Bidang Agama & Budaya
Koord                   : Siti Husna Rofidah, S.PdI

Ø  Hukum dan HAM
Koord                   : M. Akhsan Wafi, M.PdI
Ø  Keorganisasian & Kaderisasi
Koord                   : Dadang WK. S.PdI
Ø  Pendidikan & SDM
Koord                   : Nur Kholis, S.PdI
Ø  Hub . Pemerintahan & Masyarakat (HUPMAS)
Koord                   : Mambaul Ulum.S.Pd
Ø  Lingkungan Hidup
Koord                   : M. Tufikur Rahman, S.PdI
Ø  Pemuda & Olahraga
Koord                   : Ahmad Muklish, S.PdI
Ø  Kelautan & Perikanan
Koord                   : luky Rizal Khamdana
Ø  Pemberdayaan Perempuan
Koord                   : Siti Imanah, S.PdI
Ø  Perlengkapan & Transportasi
Koord                   : Imam Khusnudin, M.PdI
Ø  Perekonomian     :
Koord                   : Bambang Wijanarko , SE
Ø  Kebangsaan
Koord                   Iswandiawan, S.PdI
Ø  Keamanan / SATGAS
Koord                   : M.Firos
                               

Selasa, 11 Juni 2013

PENTINGNYA PENDALAMAN KEAGAMAAN UNTUK BANGSA




Pemahaman Wawasan Kebangsaan Disertai pendalaman Keagaman Untuk Ketahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)Tercinta Untuk Generasi Muda


Konsep atau makna kesadaran dapat diartikan sebagai sikap perilaku diri yang tumbuh dari kemauan diri dengan dilandasai suasana hati yang ikhlas/rela tanpa tekanan dari luar untuk bertindak yang umumnya dalam upaya mewujudkan kebaikan yang berguna untuk diri sendiri dan lingkungannya.
Ramadhan adalah bulan suci, dimana segala aktifitas selalu bernilai ibadah. dalam banyak hadits nabi mengatakan bahwa bulan suci adalah bulan penghapusan dosa, karenanya di bulan ini dibagi menjadi tiga bagian; pada sepuluh hari pertama adalah rahmah, sepuluh hari berikutnya adalah ampunan dan sepuluh hari terakhir bernilai itqun min an-nar.
Sebagai bulan pendidikan yang sarat makna, ramadhan juga dapat kiranya dijadikan media mengasah fikir (baca; knowledge) dan mengasah dzikir (baca; spritualitas, affeksi) kita sebagai seorang muslim. Dalam konteks ini, tentu ada banyak hal yang dapat kita gali untuk kemudian menuju kesempurnaan basyariah. Selain hal tersebut diatas, dibulan ramadhan inilah Al-Quran ter-wahyu-kan pertamakali kepada Muhammad SAW. Inilah makna terdalam yang terkandung dalam bulan peradaban ini. Dimana Al-Quran sebagai sumber nilai inti dari proses perubahan baru dalam sejarah peradaban manusia di seluruh dunia. Nilai-nilai inilah yang kemudian menjadikan ramadhan sebagai bulan revolusioner dalam membangun peradaban alternatif umat, dari jahiliyah menuju ketersingkapan ilmu pengetahuan, dari ketertinggalan menuju kemajuan, dari monarki menuju demokrasi, dari penindasan menuju perdamaian Islam yang salam. Makna inilah yang kemudian menjadikan bulan ramadhan sebagai bulan yang senantiasa kita nanti-nanti, bulan yang kita tunggu dengan harapan kita dapat mengambil hikmah yang termaktub di dalamnya. Dalam konteks ke-kini-an, ramadhan dapat kita maknai sebagai bulan refleksi untuk kemudian menuju egalitarian, anti korupsi, penegakan hukum, keadilan, dalam menata peradaban altenatif dalam konteks kebangsaan dan kerakyatan kita. Pertanyaannya kemudian adalah; Apakah di dalam bulan suci ini kita sudah mampu merefleksikan diri kita dan bangsa kita? untuk berbenah diri dan kemudian menginsafi apa yang pernah kita kerjakan di masa-masa sebelumnya, lalu kemudian tampil dengan segala harapan baru yang lebih baik. Apa yang harus kita lakukan di dalam bulan suci ini? Apa yang harus kita tunjukkan sebagai bangsa sejati melihat realitas Indonesia yang penuh dengan persoalan yang kian hari bertambah rumit? Komitmen nasionalisme pemimpin-pemimpin negeri tercinta ini perlu dipertanyakan? Persoalan-persoalan kemiskinan bangsa kita yang semakin menambah akutnya masalah bangsa,dan yang akhir-akhir ini pengeboman yang ada di jakarta. Seolah kejadian-kejadian itu sengaja di setting oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Karena dengan itu mereka dapat mengambil keuntungan dan mempertajam hegomoni ketergantungan negara ketiga kepada negara-negera koloni (neo liberal).
Untuk menyikapi hal tersebut diatas, dengan bulan suci ini diharapkan kita paling tidak mampu merefleksikan hal-hal yang seharusya tidak terjadi di negeri ini, tidak kalah penting di dalam internal organisasi kita sebagai komitmen (empowering society). ALIANSI KEBANGSAAN adalah salah satu bentuk kepedualian terhadap generasi Bangsa, selayaknya dapat menyatukan  barisan, merawat komunikasi untuk menciptakan sinergisitas, soliditas kader militan dengan tahapan yang simultan. Dalam bulan suci ini marilah bersama-sama kita melakukan silaturrahmi, ta’arruf dan konsolidasi gerakan untuk merangkai tatanan kader yang ber-fikir, ber-dzikir dan melawan konspirasi ke-dhaliman, meneguhkan kesejatian organisasi dengan nafas persahabatan yang fitri dalam menciptakan pola komunikasi elemen bangsa terkecil sampai aparatur pemerintah setingkat Bupati, Gubernur ataupun Presiden.
Dalam bulan ini kita harus melakukan silaturrahmi fikir, dzikir dan amal sholeh dengan berbagai elemen bangsa, baik dengan birokrasi, profesional, politisi, LSM dan berbagai elemen yag terkait untuk bersama-sama melakuan ta’arruf Ramadhan bermakna dengan harapan bahwa dalam momentum ini kita dapat menemukan format komunikasi dan konsolidasi gerakan kebangsaan dan kerakyatan seperti yang kita cita-citakan bersama, menuju Indonesia Raya, terciptanya masyarakat yang penuh keadilan dan kesejahteraan     Berbangsa dan bernegara merupakan suatu konsep atau istilah yang menunjukkan seseorang individu terikat dan atau menjadi bagian dari suatu bangsa dan Negara tertentu.
Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Indonesia mempunyai makna bahwa individu yang hidup dan terikat dalam kaidah dan naungan di bawah Negara Kesatuan RI harus mempunyai sikap dan perilaku diri yang tumbuh dari kemauan diri yang dilandasasi keikhlasan/kerelaan bertindak demi kebaikan Bangsa dan Negara Indonesia.
Benarkah bahwa kesadaran berbangsa dan bernegara rakyat Indonesia melemah, apa gejalanya, apa penyebabnya, dan bagaimana cara mengatasinya?
Gejala kesadaran berbangsa dan bernegara yang belum baik itu dapat kita lihat dalam perilaku individu sebagai rakyat maupun pejabat yang masih menunjukan tindakan-tindakan yang melanggar kaidah hukum, seperti mafia hukum, merusak hutan, pencemaran lingkungan, tindak kriminalitas, lebih mementingkan diri dan kelompok, korupsi, bersikap kedaerahan yang berlebihan (daerahisme) atau etnisitas yang berlebihan, bertindak anarkhis, penggunaan narkoba, kurang menghargai karya bangsa sendiri, mendewakan produk bangsa lain, dan sebagainya.
Merosotnya kesadaran berbangsa dan bernegara karena empat hal sekaligus sebagai tantangan ke depan, yakni sebagai berikut:
Pertama:
Karena globalisasi, berkat kemajuan teknologi informasi dan transportasi, menjadikan seakan-akan kita telah menjadi warga dunia sehingga identitas sebagai bangsa yang mandiri dan mempunyai kharakteristik sendiri menjadi lebur dengan bangsa lain yang juga hilang identitasnya. Akibatnya, tumbuh dan muncul budaya dunia/global. Identitas sebagai bangsa semakin tidak jelas. Kedaulatan semakin menjadi mitos. Ketergantungan antar Negara semakin tinggi.
Kedua:
Karena kepicikan perasaan kedaerahan. Otonomi daerah telah merangsang nafsu yang merasa putera-puteri daerah untuk menguasai tempat basah. Posisi politis yang strategis dilihat sebagai kesempatan untuk memperkaya diri dan keluarga serta membangun “kerajaan” atau “trah” atau “dinasti” baru. Mereka kehilangan wawasan dan perasaan solidaritas bangsa dan tanggung jawab untuk kepentingan kesejahteraan rakyat.
Ketiga:
Karena budaya konsumtif hedonistik. Sikap ini merupakan tantangan dan penyebab dari dalam diri kita. Konsumisme adalah sikap ketagihan para konsumen produk kapitalisme yang tidak saja para kapitalis memproduksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tetapi juga menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru untuk kepuasan masyarakat. Akibatnya muncul life style mewah yang sudah tidak memperhatikan lagi azas manfaat tetapi cenderung demi mengikuti trend gaya hidup yang konsumtif hedonis. Dampaknya adalah kurang menghargai produk lokal yang dipandang kurang memberikan pretise gaya hidup modern yang salah diartikan.
Keempat:
Karena ideologi-ideologi totaliter. Suatu ideologi dikatakan totaliter karena paham atau ajarannya yang mengklaim memiliki kebenaran mutlak serta menuntut ketaatan tanpa reserve. Ideologi komunisme dan nazisme merupakan ideologi totaliter yang dikelompokan sebagai ideologi ekstrim kiri. Sedangkan ideolog religius yang fundamentalis dikelompokkan sebagai ideologi totaliter/ekstrim kanan. Keduanya dapat mengancam akan kesadaran berbangsa dan bernegara.
Dalam teori sosialisasi atau pendidikan ada sejumlah sarana/media/agen/jalur yang dapat digunakan untuk membangun atau meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, yakni keluarga, teman sebaya/pergaulan, sekolah, organisasi, dan media massa. Semua dapat berperan dengan kelebihan dan kekurangannya.
Ada kesan dengan harga mati Pancasila sebagai ideologi yang tidak perlu dipermasalahkan lagi seolah-olah Pancasila tidak perlu disosialisasikan toh masyarakat sudah menerima. Pemerintah lupa bahwa generasi selalu berganti dan harus terus menerus diberikan pendidikan politik bagi generasi baru demi kesinambungan NKRI.